10 IELTS VOCABULARY tentang NEGATIVE EMOTIONS

Artikel ini membahas kosa kata IELTS tentang emosi negatif serta pemahaman mendalam tentang berbagai perasaan yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris Anda.

Menguasai kosa kata IELTS yang relevan dengan berbagai topik sangat penting dalam persiapan tes IELTS. Salah satu topik yang mungkin muncul dalam tes adalah emosi negatif. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa memahami kosa kata yang berkaitan dengan emosi negatif penting dalam persiapan IELTS dan bagaimana cara mempelajarinya.

Mengapa Emosi Negatif Penting dalam IELTS?

Topik emosi negatif dapat muncul dalam berbagai bentuk dalam IELTS, seperti teks bacaan, pertanyaan dalam bagian mendengarkan, atau topik dalam bagian menulis dan berbicara. Menguasai kosa kata yang terkait dengan emosi negatif akan membantu peserta ujian untuk menjelaskan dan menguraikan pendapat mereka dengan jelas dan efisien saat berbicara atau menulis tentang topik yang berhubungan dengan emosi, kesehatan mental, dan kesejahteraan.

Mempelajari Kosa Kata Emosi Negatif

Kosa kata yang berhubungan dengan emosi negatif mencakup berbagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan atau pengalaman yang tidak menyenangkan atau merugikan. Beberapa contoh kosa kata meliputi: kecemasan, depresi, stres, frustrasi, dan kesedihan.

IELTS VOCABULARY tentang NEGATIVE EMOTIONS

Berikut ini 10 IELTS VOCABULARY tentang NEGATIVE EMOTIONS yang sudah lengkap dengan deskripsi hingga beberapa contoh.

1. Antipathy (noun) Perasaan kuat yang tidak menyukai atau menentang seseorang atau sesuatu, kata ini digunakan untuk menggambarkan ketidaksukaan atau kebencian terhadap sesuatu atau seseorang.
e.g.

  • Sarah’s antipathy towards her coworker made it difficult for them to work together on the project.
    (Ketidaksukaan Sarah terhadap rekan kerjanya membuat mereka sulit bekerja sama dalam proyek tersebut.)
  • The two rival sports teams had a long history of antipathy towards each other, causing tensions during matches.
    (Kedua tim olahraga saingan memiliki sejarah panjang ketidaksukaan satu sama lain, menyebabkan ketegangan selama pertandingan.)
  • The politician’s controversial views sparked antipathy among many of his constituents.
    (Pandangan kontroversial politisi tersebut memicu ketidaksukaan di antara banyak konstituennya.)
  • His antipathy towards modern technology made it difficult for him to adapt to the digital age.
    (Kebenciannya terhadap teknologi modern membuatnya sulit untuk beradaptasi dengan era digital.)
  • The book’s protagonist had a strong antipathy towards injustice, motivating her actions throughout the story.
    (Protagonis buku tersebut memiliki ketidaksukaan yang kuat terhadap ketidakadilan, yang memotivasi tindakannya sepanjang cerita.)

2. Arrogantly (adverb) Dengan sikap sombong atau angkuh, kata ini digunakan untuk menggambarkan perilaku atau cara berbicara yang menunjukkan rasa superioritas atau anggapan bahwa seseorang lebih baik dari orang lain.
e.g.

  • He arrogantly dismissed her suggestions, believing that he knew better than her.
    (Dia dengan angkuh menolak saran-sarannya, percaya bahwa dia lebih tahu daripada dia.)
  • The manager spoke arrogantly to the employees, causing resentment and a negative work environment.
    (Manajer berbicara dengan sombong kepada karyawan, menyebabkan rasa tidak suka dan lingkungan kerja yang negatif.)
  • She arrogantly refused to listen to any advice, convinced that her way was the only correct way.
    (Dia dengan angkuh menolak untuk mendengarkan saran apa pun, yakin bahwa caranya adalah satu-satunya cara yang benar.)
  • The actor behaved arrogantly during the interview, boasting about his achievements and belittling others.
    (Aktor tersebut berperilaku sombong selama wawancara, membanggakan prestasinya dan meremehkan orang lain.)
  • The team’s star player arrogantly assumed they would win the championship without putting in any effort.
    (Pemain bintang tim tersebut dengan angkuh menganggap mereka akan memenangkan kejuaraan tanpa mengeluarkan usaha apa pun.)

3. Berate (verb) Memarahi atau mengkritik seseorang dengan keras, kata ini digunakan untuk menggambarkan tindakan seseorang yang mengekspresikan ketidakpuasan atau kemarahan terhadap orang lain.
e.g.

  • The coach berated the player for not following the game plan.
    (Pelatih memarahi pemain karena tidak mengikuti rencana permainan.)
  • She berated herself for not being more careful with her belongings after losing her wallet.
    (Dia memarahi dirinya sendiri karena tidak lebih berhati-hati dengan barang-barangnya setelah kehilangan dompetnya.)
  • The angry customer berated the waiter for the slow service, causing a scene in the restaurant.
    (Pelanggan yang marah memarahi pelayan karena pelayanan yang lambat, menyebabkan keributan di restoran.)
  • He berated his colleague for making a mistake on the report, even though it was a minor error.
    (Dia memarahi rekan kerjanya karena membuat kesalahan dalam laporan, meskipun itu adalah kesalahan kecil.)
  • The teacher berated the student for not completing the assignment on time, despite knowing the student had been sick.
    (Guru itu memarahi siswa karena tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, meskipun mengetahui bahwa siswa itu sedang sakit.)

4. Contemptuous (noun) Menunjukkan sikap meremehkan atau menghina, kata ini digunakan untuk menggambarkan perilaku atau cara berbicara yang mengejek atau merendahkan orang lain.
e.g.

  • His contemptuous remarks about her intelligence made her feel humiliated.
    (Ucapan meremehkan-nya tentang kecerdasannya membuat dia merasa direndahkan.)
  • The judge was contemptuous of the defendant’s behavior during the trial.
    (Hakim menghina perilaku terdakwa selama persidangan.)
  • She was offended by his contemptuous laughter when she shared her dreams and aspirations.
    (Dia tersinggung oleh tawa meremehkan-nya ketika dia berbagi impian dan aspirasinya.)
  • The employees were tired of their manager’s contemptuous attitude towards their ideas.
    (Karyawan merasa lelah dengan sikap meremehkan manajer mereka terhadap ide-ide mereka.)
  • The politician’s contemptuous comments about the poor alienated many potential supporters.
    (Komentar menghina politisi tentang orang miskin menjauhkan banyak pendukung potensial.)

5. Despise (verb) Merasa sangat tidak menyukai atau membenci seseorang atau sesuatu, kata ini digunakan untuk menggambarkan perasaan kebencian yang mendalam atau tidak hormat.
e.g.

  • He began to despise his job because of the long hours and toxic work environment.
    (Dia mulai membenci pekerjaannya karena jam kerja yang panjang dan lingkungan kerja yang beracun.)
  • She despised the way her friend treated others, leading to the end of their friendship.
    (Dia membenci cara temannya memperlakukan orang lain, yang menyebabkan berakhirnya persahabatan mereka.)
  • The community despised the corrupt politician for betraying their trust.
    (Masyarakat membenci politisi yang korup karena mengkhianati kepercayaan mereka.)
  • He despised himself for not standing up to the bully when he had the chance.
    (Dia membenci dirinya sendiri karena tidak berani melawan perundungan ketika dia memiliki kesempatan.)
  • Many people despise dishonesty and value honesty and integrity.
    (Banyak orang membenci ketidakjujuran dan menghargai kejujuran dan integritas.)

6. Humiliation (noun) Perasaan malu atau direndahkan, kata ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang merasa tidak dihargai atau dihina di depan orang lain.
e.g.

  • The humiliation of being fired in front of his coworkers left him devastated.
    (Rasa malu karena dipecat di depan rekan kerjanya membuat dia hancur.)
  • Losing the game in such a one-sided manner was a humiliation for the entire team.
    (Kalah dalam pertandingan dengan cara yang sepihak adalah penghinaan bagi seluruh tim.)
  • She experienced humiliation when her personal secrets were revealed to the public.
    (Dia merasakan penghinaan ketika rahasia pribadinya terungkap ke publik.)
  • The humiliation of not being able to provide for his family weighed heavily on him.
    (Rasa malu karena tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sangat membebani dirinya.)
  • Public humiliation can cause long-lasting emotional damage to a person’s self-esteem.
    (Perasaan terhina di depan umum dapat menyebabkan kerusakan emosional jangka panjang pada harga diri seseorang.)

7. Obnoxious (adjective) Sangat menjengkelkan atau tidak menyenangkan, kata ini digunakan untuk menggambarkan perilaku, sikap, atau sifat seseorang yang tidak disukai oleh orang lain.
e.g.

  1. His obnoxious behavior at the party made many guests uncomfortable.
    (Perilaku menjengkelkan-nya di pesta membuat banyak tamu merasa tidak nyaman.)
  2. The obnoxious smell in the room made it difficult to focus on work.
    (Bau menjengkelkan di ruangan itu membuat sulit untuk fokus pada pekerjaan.)
  3. She couldn’t stand her neighbor’s obnoxious habit of playing loud music late at night.
    (Dia tidak tahan dengan kebiasaan tetangganya yang menjengkelkan memutar musik keras di malam hari.)
  4. The comedian’s obnoxious jokes offended many people in the audience.
    (Lelucon menjengkelkan komedian itu menyinggung banyak orang di antara penonton.)
  5. The customer’s obnoxious attitude made the store employees dread interacting with him.
    (Sikap menjengkelkan pelanggan membuat karyawan toko enggan berinteraksi dengannya.)

8. Shame (noun) Perasaan malu atau bersalah yang dialami seseorang karena perilaku atau tindakan yang dianggap tidak pantas atau tidak etis.
e.g.

  • He felt a deep sense of shame after lying to his best friend.
    (Dia merasa sangat malu setelah berbohong pada sahabatnya.)
  • The shame of failing the exam made her hesitant to face her classmates.
    (Rasa malu karena gagal dalam ujian membuatnya ragu untuk menghadapi teman-teman sekelasnya.)
  • They tried to hide their family’s shame by keeping the scandal a secret.
    (Mereka mencoba menyembunyikan aib keluarga dengan merahasiakan skandal tersebut.)
  • He overcame his shame and admitted his mistakes to his colleagues.
    (Dia mengatasi rasa malunya dan mengakui kesalahannya kepada rekan-rekan kerjanya.)
  • Public shame can sometimes discourage people from admitting their wrongdoings.
    (Rasa malu di depan umum kadang-kadang dapat menghalangi orang untuk mengakui kesalahan mereka.)

9. Stigmatize (verb) – Memberikan cap atau cap negatif pada seseorang atau kelompok, sering kali karena prasangka atau ketidakadilan.
e.g.

  • Society often stigmatizes people with mental health issues, making it difficult for them to seek help.
    (Masyarakat sering kali menstigmatisasi orang dengan masalah kesehatan mental, sehingga sulit bagi mereka untuk mencari bantuan.)
  • The media can inadvertently stigmatize certain communities by perpetuating stereotypes.
    (Media dapat secara tidak sengaja menstigmatisasi komunitas tertentu dengan mempertahankan stereotip.)
  • It is important to educate people and challenge the beliefs that stigmatize those living with HIV/AIDS.
    (Penting untuk mendidik orang dan menantang keyakinan yang menstigmatisasi mereka yang hidup dengan HIV/AIDS.)
  • The criminal record system can sometimes stigmatize individuals who have paid their debt to society.
    (Sistem catatan kriminal kadang-kadang dapat menstigmatisasi individu yang telah membayar hutang mereka kepada masyarakat.)
  • By speaking openly about her struggles, she hoped to break the stigma associated with her condition.
    (Dengan berbicara terbuka tentang perjuangannya, dia berharap untuk mematahkan stigma yang terkait dengan kondisinya.)

10. Vitriolic (adjective) menggambarkan bahasa, komentar, atau kritik yang sangat pedas, penuh kebencian, dan menyakitkan.
e.g.

  1. The politician received a vitriolic response from the public after his controversial statement.
    (Politikus itu menerima tanggapan yang sangat pedas dari publik setelah pernyataannya yang kontroversial.)
  2. The author was taken aback by the vitriolic comments on her latest book.
    (Penulis itu terkejut oleh komentar yang penuh kebencian tentang buku terbarunya.)
  3. He regretted sending the vitriolic email to his coworker in the heat of the moment.
    (Dia menyesal mengirim email yang menyakitkan kepada rekan kerjanya dalam suasana emosional.)
  4. The film critic’s vitriolic review made the director question his artistic choices.
    (Ulasan yang sangat pedas kritikus film membuat sutradara mempertanyakan pilihan artistiknya.)
  5. Their friendship ended after a vitriolic argument that left them both feeling hurt.
    (Persahabatan mereka berakhir setelah pertengkaran yang penuh kebencian yang membuat mereka berdua merasa tersakiti.)

Menguasai kosakata IELTS yang berkaitan dengan emosi negatif penting untuk mengekspresikan perasaan, pendapat, dan pandangan dengan akurat dan efektif dalam ujian IELTS.

Dengan memahami berbagai kosakata emosi negatif, Anda akan dapat menjawab pertanyaan yang melibatkan konflik, kritik, atau permasalahan emosional lainnya dengan lebih matang dan empatik.

Cobalah untuk mempelajari dan menggunakan kosakata ini melalui bacaan, mendengarkan, dan berlatih percakapan dalam situasi yang berbeda. Selalu ingat untuk memilih kata-kata yang tepat, menghormati konteks, dan menjelaskan alasan di balik emosi negatif yang Anda ungkapkan.

Dengan mengikuti strategi dan tips ini, Anda akan meningkatkan kemampuan Anda dalam menguasai IELTS Vocabulary yang berkaitan dengan emosi negatif, sehingga memberikan kontribusi positif pada skor IELTS Anda.

Share it!
Mr. Khalid
Mr. Khalid

InggrisPRO merupakan wadah pembelajaran bahasa inggris serta menyediakan resource untuk mendukung pembelajaran bahasa inggris.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.